Rahim Pengganti

Bab 103 "Malam Pertama?"



Bab 103 "Malam Pertama?"

0Bab 103     

Malam Pertama?     

"Hai," sapa seseorang. Siska yang sedang duduk memperhatikan ponselnya menatap ke arah tersebut, senyum manis dari pria yang di dekatnya itu membuat Siska memekik senang, dipeluknya pria itu dengan begitu semangat. .     

"Mas Luki, ya ampun, kangen banget," ujar Siska. Luki Pratama seorang pengacara hebat yang menjadi fans rahasia Siska sejak lama. Adik Bian itu banyak di sukai oleh semua orang, salah satunya Luki ini.     

"Aku juga kangen. Kamu makin cantik aja," puji Luki. Mendengar pujian itu membuat Siska langsung memerah. Siapa yang tidak tersanjung, dengan seorang pria hebat pengacara terbaik yang ada di Indonesia. Muda dan sangat ganteng, keduanya asyik bercerita satu dengan lainnya. Mengingat masa lalu yang begitu indah untuk dikenang. Sedangkan seseorang di ujung sana, menatap mereka berdua dengan tatapan yang sangat sulit di artikan. Tatapan marah, kesal dan juga tidak suka terlihat sangat jelas.     

Puk     

Orang itu menoleh ketika pundaknya di tepuk oleh seseorang. Orang tersebut tersenyum jahil ke arahnya terlihat jelas senyuman mengejek tersebut.     

"Hanya bisa memandang tapi gak bisa memiliki. Hanya bisa menyimpan tanpa bisa menggapai. Hanya bisa sakit tanpa bisa mengobati."     

"Apa apaan sih lo lebain banget sih," gerutunya kesal. Sedang lawan bicaranya biasa biasa saja, malahan tertawa sangat kencang melihat ekspresi wajah tersebut.     

"Udah lah Lang, move on. Kalau dia udah gak cinta lagi mau gimana sih," ucap Jodi.     

Elang hanya diam mendengar ledek kan yang di berikan oleh Jodi pria itu hanya menatap datar, tidak ada hal yang serius di lakukan. Pandangan mata Elang tetap menatap ke arah Siska yang masih tertawa dengan seorang pria asing. Ingin rasanya Elang menarik Siska di sana, melarikannya ke tempat yang sepi tapi hal itu tidak mungkin terjadi. Dirinya tidak mau membuat Siska semakin membencinya jika hal itu terjadi.     

***     

"Baiklah terima kasih untuk semua pihak yang sudah hadir. Acara ini spesial saya persembahkan untuk istri saya, konsep dan semuanya sesuai dengan keinginan dia. Doa kan keluarga kami, dan doa kan juga kandungan Carissa sehat sehat," ucap Bian. Semua orang bertepuk tangan, mendengar hal itu. Kembali lagi acara di lanjutkan kali ini, Carissa meminta kepada Elang untuk menyanyi.     

Sontak saja hal itu membuat Elang terkejut, bagaimana bisa dirinya seperti itu. Bukan karena Elang tidak pede namun, karena Elang yang tidak suka orang orang menganggumi nya. Tingkat pede pria itu sungguh luar biasa.     

"Buruan entar bumil ngambek," ujar Jodi. Dengan pasrah akhir nya Elang naik ke atas stage dan mulai mengambil mix. Melihat hal itu membuat Carissa tersenyum bahagia. Bian harus menahan emosi nya supaya tidak merusak acara, meskipun saat ini pria itu kesal dan ingin marah.     

Cemburu sudah jelas, Bian cemburu dengan senyum yang mengembang sangat indah di bibir istrinya.     

Oh, begini rasanya kehilangan dirimu, kekasih     

Tak pernah 'ku bayangkan sakitnya akan seperti ini     

Kau telah pergi dari hidupku     

Oh, mengapakah kau tinggalkan aku seperti ini?     

Saat aku masih berharap     

Cinta ini masih bertahan untuk kita     

Oh, mengapakah kau membawa semua kenangan indah bersama kita dulu?     

Kini berakhir untuk selamanya     

Oh, begini rasanya kehilangan dirimu, kekasih     

Tak pernah 'ku bayangkan sakitnya akan seperti ini     

Kau telah pergi dari sisiku     

Hu-whoa... uh...     

Mungkin bersama     

(Kenyataan ini telah memisahkan kita) Uh, telah memisahkan kita     

Biarkan cinta ini jadi kenangan indah untukku, oh     

Oh, mengapakah kau tinggalkan aku seperti ini?     

Saat aku masih berharap     

Cinta ini masih bertahan untuk selamanya     

Oh, mengapakah kau membawa semua kenangan indah bersama kita dulu?     

Kini berakhir, oh, oh     

Harus berakhir, oh-uh     

Kini berakhir untuk selamanya, oh     

Oh, mengapakah kau tinggalkan aku seperti ini?     

Saat aku masih berharap     

Cinta ini masih bertahan untuk selamanya     

Oh, mengapakah kau membawa semua kenangan indah bersama kita dulu?     

Kini berakhir, oh, oh     

Harus berakhir, oh-uh     

Kini berakhir untuk selamanya, oh     

Oh, mengapakah kau tinggalkan aku seperti ini?     

Saat aku masih berharap     

Cinta ini masih bertahan untuk selamanya     

Oh, mengapakah kau membawa semua kenangan indah bersama kita dulu?     

Kini berakhir, oh, oh     

Harus berakhir, oh-uh     

Kini berakhir untuk selamanya, oh     

Tatapan mata kedua orang itu saling bertemu, tersirat sesuatu yang tidak bisa diungkapkan. Bukan hanya Elang yang bisa merasakan tapi juga Siska, bohong jika sampai detik ini Siska belum bisa melupakan Elang.     

Berkat pria itu, lukanya sembuh dan berkat pria itu juga luka itu semakin dalam. Pria yang berhasil membuatnya, harus mengalami hal yang tidak pernah di inginkan. Hal yang sangat sulit, bahkan membayangkan nya saja membuat Siska tak mampu.     

"Masih sayang? Kenap gensi."     

Siska menoleh ke arah samping, Luki pria itu tersenyum sudah sejak tadi dirinya memperhatikan Siska yang menatap orang yang sedang berdiri di sana. Pria itu mengerti dengan tatapan seperti apa yang diberikan oleh Siska. Tatapan penuh cinta dan harapan, entah apa yang membuat keduanya seolah menjauh itulah yang di bisa Luki lihat dari keduanya.     

"Mas Luki apa apaan sih, gak ada ya," ucap Siska kesal.     

Wanita itu kesal bukan karena Luki mengatakan hal itu tapi Siska Kesal karena dirinya tidak bisa mengontrol dirinya sendiri untuk tidak bisa menatap penuh arti ke arah Elang.     

"Kamu itu kalau lagi ada sesuatu gak bisa di tutup tutupi Siska. Kita udah kenal lama dan Mas tahu, bahwa di antara kalian ada sesuatu cuma lagi bermasalah aja. Apa lagi itu lagu nya dalam banget, menghayati banget."     

Siska tidak peduli dengan ucapan yang dilontarkan Luki, wanita itu hanya bisa menahan air matanya, apa yang diucapkan Luki benar lagu tersebut sangat menyiratkan sesuatu.     

***     

Suara tepukan tangan dari seluruh tamu undangan memenuhi setiap sudut ruangan. Semuanya senang mendengar suara indah dari Elang, begitu juga dengan Carissa yang sangat bahagia mendengar hal itu. Wanita itu tersenyum kegirangan dalam pelukan erat suaminya.     

"Thanks ya Mas Elang udah mau ikuti permintaan aku," ujar Caca. Elang hanya tersenyum, dan menganggukkan kepalanya. Pria itu lalu pamit dari tempat itu, meninggalkan semuanya. Melihat Siska dan Luki semakin dekat, membuat Elang tidak sanggup.     

Pria itu benar benar tidak bisa melihat hal itu namun, baru beberapa langkah seseorang menarik tangannya. Elang menoleh ketika melihat Siska ada di sana. Seolah mimpi Siska yang tidak mau bertemu ada di depannya saat ini.     

"Mau kemana?" tanya Siska.     

"Keluar bentar ngerokok," jawabnya. Siska menganggukkan kepalanya, lalu keduanya berjalan ke arah timur ruangan tersebut, di sana cukup gelap Elang mengeluarkan rokoknya menghisapnya dengan cepat dan dihembuskan segera.     

Siska hanya bisa menatap hal itu, entah kenapa saat melihat Elang pergi, ada sesuatu hal yang mengganjal.     

***     

Acara sudah selesai, dan saat ini Bian dan Carissa sudah kembali ke kamar hotel. Mereka sengaja, menyewa beberapa kamar untuk seluruh keluarga dan teman yang jauh untuk bisa menginap di sana.     

"Melody biar sama Bunda. Kalian pasti lelah, anak nya juga udah tidur," ucap Bunda Iren. Carissa menganggukkan kepalanya, wanita hamil itu lalu segera menyusul Bian yang ada di kamar sebelah.     

Hal pertama yang di lihat oleh Caca saat masuk ke dalam ruangan itu adalah bunga mawar yang terbentang sangat banyak di depan nya. Senyum di bibir Caca mengembang dengan sangat indah. Sungguh hal ini sangat luar biasa ada nya, Caca berjalan dengan sangat pelan agar tidak merusak bunga bunga tersebut.     

"Kamu suka," bisik Bian yang langsung memeluk Carissa dari belakang mendapatkan hal itu membuat Caca terkejut dan tersenyum bahagia. "Suka banget Mas, kamu mewujudkan semua keinginan aku," jawabnya.     

"Demi malam pertama kita," bisik Bian lagi. Pria itu sudah mencoba melepaskan kancing belakang gaun yang digunakan oleh Carissa. "Malam pertama apaan sih Mas, orang udah jadi dua anak nya," jawab Caca.     

Keduanya tertawa apa yang diucapkan Caca benar, Bian memeluk istrinya dari belakang sembari mengusap perut sang istri yang sudah mulai membuncit. Semakin hari semakin membuat Bian gemas, bahkan bukan hanya perut namun, semua hal yang ada di dalam diri Carissa membuat Bian gemas ingin melahap istrinya itu setiap waktu.     

Kancing belakang, sudah terbuka dengan jelas. Bahkan saat ini, bibir Bian sudah mengecup setiap inci bahu Caca yang terbuka berjalan ke arah leher dan punggung Carissa. Pria itu benar benar, membuat Caca terpesona dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.     

Bian membalik istrinya itu, kabut gairah dari kedua nya sudah terlihat dengan sangat jelas. Langsung saja tanpa berbasa basi, Bian melahap bibir indah itu bibir yang sudah menjadi candu untuknya.     

Ciuman itu tidak menuntut, Bian melakukan semuanya dengan pelan tapi pasti, tangan nya tidak tinggal diam sudah melepaskan gaun yang di gunakan Caca pria itu sengaja memesan gaun yang mudah di lepaskan, bukan hanya Bian namun, Carissa juga mulai membuka semua kancing yang melekat di baju suaminya.     

Lumatan demi lumatan dilakukan oleh keduanya, ciuman kali ini sudah berubah dengan gairah yang memuncak, bibir Bian beralih ke arah leher, hingga turun ke dada Caca yang sudah tidak terbungkus lagi.     

Dilahapnya salah satu bukit kembar yang semakin membuat Bian tidak bisa menahan dirinya. Bahkan tangan satunya tidak tinggal diam, desahan demi desahan dari bibir Caca membuat Bian semakin semangat.     

Bian lalu kembali menyatukan bibir mereka. Menuntut sang istri untuk berjalan ke arah tempat tidur tanpa melepaskan ciuman mereka.     

"Kamu sangat cantik," ujar Bian.     

"Kamu juga ganteng Mas," balasnya. Bian lalu mengecup dahi Carissa dengan penuh cinta cukup lama, Hingga akhirnya kecupan demi kecupan itu mendarat di seluruh wajah milik Carissa.     

"Ayah mau jenguk adik boleh?" tanya Bian. Carissa hanya menganggukkan kepala nya, dan mengalungkan tangannya di kepala Bian. Keduanya saling menatap satu dengan lainnya, Bian sudah mulai melakukan aksinya.     

Ting tung     

Suara bel kamar mereka terdengar sangat nyaring. Keduanya terdiam sesaat.     

##     

Nah loh nah loh, gagal jengukin adek bayi wkwkwk. Selamat membaca ya. Ingat di awal aku udah bilang kalau cerita ini 21+ yaa. Jadi bijaklah dalam membaca. Terima kasih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.